Stick dan Sirup Kates di KKN Tanjungwadung
Papaya atau dalam bahasa Latin disebut dengan Carica Papaya sangat mudah ditemui di desa Tanjungwadung, Kabuh. Hampir di setiap pekarangan rumah warga, dapat dijumpai tanaman pepaya. Tidak hanya di pekarangan, buah yang asalnya dari Meksiko ini juga berjajar di sepanjang persawahan, membentuk pagar hidup.
Pepaya yang tumbuh subur di desa Tanjungwadung berwarna kuning cerah dan tidak terlalu manis meskipun sudah masak. Jika dibiarkan terlalu lama di pohon, daging buah pepaya menjadi lembek dan rasanya lebih hambar. Karena itulah ketika jenis pepaya California dikenal masyarakat desa Tanjungwadung, pepaya lokal tidak lagi bernilai. Mereka membiarkan buah pepaya lokal matang di pohon hingga jatuh dan membusuk. Kadangkala buah pepaya mereka manfaatkan sebagai pakan burung meskipun tidak terlalu banyak.
Pepaya lokal yang tidak banyak dimanfaatkan inilah yang kemudian dilirik oleh para mahasiswa KKN UNWAHA yang ditempatkan di desa Tanjungwadung. Inovasi yang mereka lakukan adalah menyulap pepaya lokal desa Tanjungwadung menjadi sirup dan stick.
Resep sirup pepaya mereka dapatkan dari internet. Akan tetapi yang mereka dapatkan bukanlah resep asli dari sirup pepaya. Yang didapat selama pencarian data adalah sirup dari buah-buahan lainnya yang kemudian mereka terapkan pada pepaya. Sirup pepaya ini mereka namakan dengan SiTes atau Sirup Kates. Nama Kates sendiri adalah sebutan pepaya dalam bahasa Jawa.
SiTes memiliki dua varian, yaitu varian kental dan varian biasa. SiTes kental, harus dicampur dengan air terlebih dahulu sebelum dapat dinikmati. Sementara varian biasa dapat diminum secara langsung, tidak perlu dicampur apapun. SiTes kental dapat disajikan dengan diseduh air panas ataupun air dingin. Sedangkan SiTes biasa lebih nikmat ketika disajikan dalam keadaan dingin.
Harga semua varian SiTes adalah 5.000/botol. Dengan bahan yang didapatkan secara gratis dari masyarakat, para mahasiswa mendapatkan keuntungan yang berlimpah. Terlebih rasa SiTes bersahabat di lidah dan banyak disukai. Pemasaran via medsos membantu mereka mendapatkan pesanan hingga ke luar kota. Banyak dari para konsumen yang kembali memesan untuk kesekian kalinya.
Ide awal dari pembuatan Stick Kates adalah ampas pepaya sisa pembuatan sirup yang sayang jika dibuang. Para mahasiswa kemudian mencari resep tentang pembuatan stick melalui internet. Sama seperti sebelumnya, yang didapat adalah resep pembuatan stick dari bahan-bahan lain dan kemudian mereka terapkan pada ampas pepaya. Beberapa kali percobaan dilakukan sehingga jadilah Stick Kates yang digemari banyak orang. Harga tiap bungkusnya adalah 3.000. Stick Kates ini masih belum memiliki varian rasa yang beragam. Para mahasiswa masih mempertahankan cita rasa asli dari pepaya lokal.
Kemampuan para mahasiswa dalam mengolah pepaya lokal yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakatnya desa Tanjungwadung, mereka ajarkan melalui kegiatan pelatihan ibu-ibu PKK dan kegiatan lainnya. Diharapkan, masyarakat desa Tanjungwadung dapat memanfaatkan kekayaan lokal sehingga kualitas perekonomian mereka lebih meningkat.