Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

Apa yang Salah Dari Generasi Strawberry?

Jombang – Generasi muda merupakan generasi yang memiliki segudang perspektif baru, ide-ide inovatif, kreatif, dan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan saat ini. Sehingga generasi ini diharapkan menjadi agen perubahan demi kemajuan dan masa depan bangsa.

Namun pada kenyataannya, generasi muda saat ini sangat rentan dengan berbagai tekanan, memiliki mentalitas rapuh, dan mudah menyerah . Sehingga tidak sedikit yang mengatakan bahwa generasi yang lahir di antara tahun 1990 an – 2010 an (bervariasi berdasarkan sumber) merupakan generasi yang lembek. Maka timbullah sebutan “Generasi Strawberry”.

Layaknya buah strawberry yang memiliki tampilan indah dan menyegarkan, namun buah ini mudah rusak dan lembek. Begitu juga stereotip terhadap generasi muda saat ini, memiliki segudang inovasi dan tingkat kreativitas tinggi, namun rentan terhadap tekanan.

Menyikapi kondisi ini, salah satu dosen Universitas KH. A. Wahab Hasbullah (Unwaha Jombang) memberikan pandangannya. Rina Dian Rahmawati, M.Pd.I., yang merupakan dosen Pendidikan Bahasa Arab (PBA) sedikit menyinggung apa yang salah dari generasi strawberry tersebut, dan bagaimana pandangan berdasarkan kacamata pendidikan.

Rina, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa generasi strawberry ini merupakan generasi yang harus diperhatikan. Pasalnya, banyak dari kasus-kasus kekerasan dan bunuh diri di dominasi oleh kalangan remaja.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, selama 1 dekade terakhir tercatat ada 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia, dan sebanyak 985 kasus (46 persen) dilakukan oleh anak muda (sumber, Kompas.com). Indonesia berada di posisi keempat dengan tingkat kasus bunuh diri tertinggi di Asia Tenggara dengan jumlah 6.2 (per 100.000 populasi), (Sumber, Kemenkes RI Dirjen Pelayanan Kesehatan).

“Generasi sekarang ini memang berani-berani (dalam melakukan hal negatif seperti bunuh diri) atau istilahnya bondo nekat. Banyak dari keberanian untuk bertindak sedemikian memang disebabkan oleh depresi,” kata Rina.

Kaprodi PBA ini juga menjelaskan, sebagaimana yang dimaksudkan untuk generasi strawberry, anak muda sekarang cenderung memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental.

“Mereka memang rentan terhadap gangguan mental. Banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab, seperti lingkungan sosialnya, pendidikan, bahkan mungkin keluarga,” imbuhnya.

Kaprodi PBA, Rina Dian Rahmawati, M.P.d.I (Foto: Humas)

Pendidikan Karakter 

Kaprodi PBA ini juga mengatakan, pokok permasalahan dan penyebab terjadinya fenomena di atas adalah kurangnya pendidikan karakter.

“Secara mentalitas dan kepribadian, generasi muda saat ini sudah terbentuk berani bertindak. Tapi semua itu tidak didasari oleh moral yang kuat,” jelas Rina.

Ia juga memberikan beberapa kasus percontohan yang disaksikannya sendiri mengenai kemerosotan nilai moral yang terjadi pada generasi strawberry ini. Salah satunya yaitu disebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang lebih nyaman dengan penggunaan teknologi.

“Di era perkembangan teknologi yang modern ini, kita sebagai orang tua bahkan sebagai pendidik sedikit kecolongan dan tidak bisa mengkontrol. Informasi saat ini dapat menyebar dengan cepat, apa-apa dapat diperoleh dengan instan. Sehingga dampak negatifnya kepada tingkat emosional dan moral yang kurang,” katanya.

Berdasarkan landskap pendidikan, degradasi moral ini dapat ditekan dengan pendidikan karakter. Menurut Rina, pendidikan ini sangat penting untuk membentuk moral anak muda di masa depan.

“Pendidikan moral atau karakter itu harus disisipi di setiap proses pembelajaran. Tidak hanya di lingkungan kampus saja, melainkan sejak pendidikan dasar, anak-anak kita ini mendapatkannya,” ujar Kaprodi PBA ini.

Terlebih pendidikan karakter yang diberikan oleh orang tua. Menurutnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk moral anak. Dengan demikian, jika moralitas anak muda sudah bagus maka tidak ada lagi sebutan “Generasi Strawberry”.

“Sebagai orang tua, kita menjadi pendengar yang baik dan mampu berdialog dengan baik. Sehingga anak-anak kita ini memiliki rasa saling menghormati, menerima perbedaan dan memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan masing-masing,” pungkasnya.

  • Red : Ibrahim
  • Editor : Septian Ragil

**) Ikuti konten kreatif terbaru Unwaha Jombang di Instagram klik link ini dan jangan lupa follow.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x