Jombang -Nuzulul Quran merupakan momentum yang setiap tahunnya selalu diperingati oleh umat Islam. Momen ini merupakan turunnya wahyu pertama Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Tanggal 17 Ramadan menjadi hari yang dianggap paling tepat untuk merayakan peristiwa besar ini, berdasarkan ijtihad ulama yang merujuk pada penafsiran sejarah dan Al-Quran itu sendiri.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Islamic Center UNWAHA, Bapak Dr. H. Muhammad Anshori, M.Pd.I. Beliau menyampaikan bahwa peringatan Nuzulul Quran yang jatuh pada 17 Ramadan berawal dari pendapat ulama terdahulu, salah satunya Muhammad Al-Mutholibi.
“Tanggal 17 Ramadan dipilih karena berdasarkan penafsiran sejarah, peristiwa penting ini terjadi pada malam tersebut. Al-Quran menyebutkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang diturunkannya wahyu, namun tidak secara langsung menyebutkan tanggal pasti,” ujar Dr. Anshori dalam wawancara.
Pendapat ini semakin kuat dengan merujuk pada peristiwa Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan. Menurut Dr. Anshori, peristiwa tersebut tercatat dalam Al-Quran dalam surat Al-Anfal yang menyebutkan “yaumal furqon“, yang diartikan sebagai “hari pemisah,” yaitu hari ketika perang Badar terjadi.
“Kita bisa melihat bahwa peristiwa ini mengindikasikan bahwa Nuzulul Quran itu jatuh pada tanggal 17 Ramadan,” tambahnya.
Namun, perdebatan mengenai apakah yang diturunkan pada 17 Ramadan tersebut adalah seluruh isi Al-Quran atau hanya bagian tertentu, seperti surat Al-Alaq, masih menjadi bahan diskusi di kalangan ulama.
Berdasarkan tafsir Ibnu Abbas dalam surat Al-Qadr, Dr. Anshori menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan secara keseluruhan, dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia (as-sama’ud-dunya), dan dari sana diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur selama 22 tahun lebih.
“Yang pertama kali turun adalah perintah membaca (Iqra’) yang diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Selanjutnya, Al-Quran diturunkan bertahap sesuai dengan kebutuhan peristiwa yang terjadi di masyarakat, yang dikenal dengan istilah asbabun nuzul atu tidak dengan sebab,” jelasnya.
Namun apakah hikmah terpenting dalam peringatan Nuzulul Quran ini. Menurut beliau, sebagai umat muslim, sudah semestinya untuk mengetahui peristiwa yang bersejarah ini. Namun di balik itu semua yaitu ada momentum penting lainnya, yaitu malam Lailatul Qadr.
Lailatul Qadr, malam yang sangat diagungkan oleh umat Islam, diyakini terjadi pada salah satu malam ganjil dalam sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, mulai dari 17 hingga 29 Ramadan. Dr. Anshori menekankan pentingnya umat Islam untuk memaknai malam tersebut dengan penuh keikhlasan dan ibadah, karena Lailatul Qadr adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.
“Harapan kami, umat Islam tidak hanya memaknai Nuzulul Quran sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga sebagai momentum untuk memperdalam pemahaman terhadap isi Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan memperingati Nuzulul Quran, kita semakin dekat dengan Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang sempurna,” pungkasnya.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang Nuzulul Quran, umat Islam diajak untuk tidak hanya memperingati secara simbolis, tetapi juga menggali makna dan hikmah yang terkandung dalam wahyu Allah yang diturunkan untuk petunjuk hidup umat manusia.
Red: Ibrahim
Editor: Septian Ragil