Jombang – Suasana perkuliahan di Universitas KH. A. Wahab Hasbullah (Unwaha) Jombang saat Ramadan berjalan dengan tenang. Masih sama dengan hari-hari sebelumnya, yaitu Ramadan in Campus yang secara rutin dilaksanakan di Masjid Al-Haromain.
Kali ini, Selasa (19/3/2024) yang bertugas untuk mengisi Kuliah Ramadan yaitu Dr. M. Dzikrul Hakim Al Ghozali, M.Pd.I. Adapun materi yang beliau bawa yaitu mengenai Salat Malam dalam Bulan Ramadan.
Landasan Hukum
Dzikrul Hakim mengungkapkan, mengerjakan salat malam di bulan Ramadan (Tarawih dan Witir), hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan, red). Baik dikerjakan secara berjamaah atau sendiri-sendiri.
“Waktunya dikerjakan sesudah salat Isya sampai akhir malam. Salat malam bulan Ramadan dinamai Salat Tarawih. Diambil dari kata “Tarwihah” yang artinya rileks atau bersenang-senang.
Sebagaimana hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari:36 dan Muslim;1267. teks hadis riwayat Al-Bukhari:
Rasulullah s.a.w menganjurkan agar mengerjakan salat malam pada bulan Ramadan, akan tetapi tidak mewajibkannya. Beliau berdabda “siapa yang mengerjakan salat malam pada bulan Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,”.
Tata Cara
Beliau juga mengungkapkan cara-cara dalam mengerjakan salat tarawh. Dalam penjelasannya, yaitu mengenai tata cara dan jumlah rakaat berdasarkan hadis yang banyak dijumpai dari berbagai riwayat.
Adapun tata caranya yaitu seperti mengerjakan salat-salat malam lainnya. Di mana setiap dua rakaat satu salam dan kemudian ditutup dengan salat witir.
“Banyak dijumpai riwayat yang menjelaskan mengenai bilangan-bilangan rakaat yang harus dilakukan. Perbedaaan pendapat yang ada di masyarakat saat ini semuanya benar, sudah berdasarkan sunnah,” imbuhnya.
Meniru Sifat Salat Nabi
Kendati jumlah rakaat yang dilaksanakan berbeda-beda, yang perlu digaris bawahi yaitu tiga sifat salat nabi. Menurutnya, ketiga sifat ini perlu dilakukan untuk mendapatkan pahala salat tarawih secara utuh dan salat yang telah kita laksanakan tidak sia-sia.
“Sifat pertama adalah rileks atau istirahat sejenak, sebagaimana arti secara filosofis salat tarawih itu sendiri. Kedua adalah memperbanyak ayat bacaan saat salat, dan ketiga adalah pelaksanaannya dilakukan dengan tidak adanya paksaan dan (niat) bermuhasabah diri,” ucapnya.
Terakhir, beliau berpesan kepada mahasiswa untuk mengamalkan sifat-sifat salat nabi tersebut.
“Ini sebagai bekal kita masing-masing, bagaimana kita mengetahui tentang keutamaan sunnah di bulan Ramadan ini serta dapat mengamalkannya,” pesannya.
- Red : Ibrahim
- Editor : Septian Ragil
**) Ikuti konten kreatif terbaru Unwaha Jombang di Instagram klik link ini dan jangan lupa follow