Akibat wabah COVID-19, banyak negara di dunia telah memberlakukan berbagai pembatasan kehidupan sosial dan pendidikan untuk memperlambat penyebaran COVID-19. Ini termasuk memperkenalkan berbagai tingkat isolasi sosial dan pembatasan pada hal-hal seperti pertemuan sosial, perjalanan, olahraga, kegiatan rekreasi, pergi bekerja dan sekolah. Dalam konteks ini, sekolah di 194 negara ditutup. Upaya dilakukan untuk memastikan kontinuitas pembelajaran dengan menggunakan alat pembelajaran jarak jauh. Prasarana dan fasilitas semua institusi di negara-negara tersebut diatur untuk mencegah epidemi, meminimalkan kerugian pembelajaran selama epidemi berlanjut, dan untuk memastikan keberlanjutan pembelajaran.
Secara umum, karena pandemi COVID-19 saat ini, tiga skenario untuk kembali ke sekolah antara lain:
- Metode Pembelajaran tatap muka, termasuk protokol pengurangan yang ketat
- Metode Pembelajaran jarak jauh
- Metode Pembelajaran Campuran (di rumah dan sekolah, tatap muka dan jarak jauh)
Metode Pembelajaran Tatap Muka, Mengikuti Protokol Kesehatan yang Ketat.
Pembelajaran tatap muka akan membantu mencegah konsekuensi negatif kesehatan sosial, fisik, dan mental dari ketidakaktifan tubuh karena pandemi. Namun, menjaga jarak sosial dan menghindari kontak guna mengendalikan risiko penularan COVID-19 tampaknya sulit dilakukan untuk kelas pendidikan secara tatap muka, terutama kegiatan dalam ruangan. Tindakan harus diambil untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi pada siswa yang berisiko dalam pendidikan tatap muka.
Disinfeksi dan pengawasan profesional harus diprioritaskan dalam kelas yang terkait dengan pencegahan COVID-19 seperti mencuci tangan, penggunaan masker, dan aturan yang harus diikuti di dalam kelas harus dipasang di pintu masuk kelas. Disinfectan harus tersedia di pintu masuk kelas dan di dalam. Guru harus memastikan bahwa siswa mencuci tangan atau menggunakan pembersih tangan sebelum dan setelah pelajaran. Siswa harus memiliki akses ke air dan sabun setiap saat. Guru harus mengukur suhu tubuh semua siswa sebelum memulai pelajaran, memastikan mereka menggunakan masker, dan menjaga kebersihan tingkat tinggi (WHO, 2020). Siswa dengan suhu tinggi 38 ° C (100,4 ° F) harus dipastikan tinggal di rumah; Dalam hal ini, les privat dapat diberikan di rumah untuk melindungi kebugaran fisik siswa (Institute for Health Metrics and Evaluation, 2020). Selain itu, guru harus menggunakan masker dan sarung tangan selama pelajaran, dan suhu mereka harus diukur sebelum pelajaran.
Metode Pembelajaran Jarak Jauh
Model kelas jarak jauh dapat digunakan untuk memaksimalkan kontinuitas pembelajaran. Kata kunci dari pendidikan jarak jauh adalah motivasi. Pemerintah dan sekolah harus memotivasi guru, guru harus memotivasi orang tua, orang tua harus memotivasi siswa, dan kerjasama harus dilakukan untuk menjamin kelangsungan pendidikan.
Dalam pendidikan jarak jauh, siswa harus diberikan materi dan evaluasi yang kaya informasi. Penting untuk melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan. Siswa harus didorong untuk menantang, berkolaborasi, dan memecahkan masalah. Dalam proses ini, siswa dan orang tua dapat dihubungi dengan berbagai cara seperti surat, email, panggilan telepon dan video call.
Metode Pembelajaran Hibrid (Di Rumah dan Sekolah, Tatap Muka dan Jarak Jauh).
Model kelas campuran juga dapat digunakan untuk memaksimalkan kesinambungan pembelajaran. Dalam model pembelajaran campuran, siswa diajar di rumah pada beberapa hari dalam seminggu dan di sekolah pada beberapa hari. Beberapa siswa mengikuti kelas jarak jauh, beberapa siswa tatap muka, dan jam pelajaran umumnya dikurangi. Ini adalah model yang diterapkan secara bergantian dengan memisahkan siswa ke dalam kelompok, ada yang disekolah dan ada yang menempuh pendidikan jarak jauh. Pelajaran tatap muka umumnya bersifat akademis, sedangkan pelajaran jarak jauh mencakup pelajaran seperti musik, melukis, pendidikan jasmani, dan ilmu kehidupan. Oleh karena itu, program yang disiapkan oleh guru menjadi penting dalam memahami nilai pelajaran.
Program online yang disiapkan oleh guru harus mencerminkan pendekatan berorientasi nilai yang mencakup perilaku seperti sosialisasi, interaksi / komunikasi, kerja sama, pemecahan masalah, dan kerja sama. Selain itu, tidak semua siswa di kelas memiliki tingkat kemampuan yang sama. Guru harus mengembangkan program online yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dasar mereka pada tingkat mereka sendiri. Selain itu, mereka dapat menyiapkan model berbasis kesehatan dan kebugaran yang memasukkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Singkatnya, model peran positif yang memfasilitasi pembelajaran kecakapan hidup sehat dapat dikembangkan. Hubungan antara siswa dan guru penting untuk memastikan bahwa pembelajaran berlangsung. Kurangnya interaksi langsung di era COVID-19 telah secara signifikan menyoroti betapa berharganya aspek ini. Ini adalah tantangan baru dalam pengajaran di sekolah, dan guru akan menjadi guru nara sumber bagi semua siswa selama pandemi COVID-19.